Thursday, October 26, 2017

Togel Online - Promosi Doktor Penciptaan Seni, Mahasiswa S-3 ISI Yogya Teliti Pengaruh Stereotip Tubuh Perempuan di Media.

www.menaraimpian.com

Togel - Berbagai jenis media dari media cetak, audio, audio visual dan online dari waktu ke waktu semakin banyak, membuat produksi berita dan hiburan yang sedang dilakukan mempromosikan stereotip tubuh wanita yang dianggap ideal di media.

Selain itu, jumlah stasiun televisi semakin banyak waktu pelepasan selama hampir 24 jam, membuat televisi dalam media yang paling mungkin untuk "mendidik" masyarakat, termasuk stereotip yang mempengaruhi tubuh wanita dianggap ideal untuk penampilan di atas panggung seni.

Inilah yang terbentang di belakang Yustina Devi Ardhiani, mahasiswa doktor Ilmu Penciptaan dan Penilaian Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini tertarik untuk penelitian disertasinya yang berjudul "Kelompok Seni Tubuh Satire Woman Sahita di Panggung Pertunjukan." Open Examination Disertasi ini dilakukan di Concert Hall, Sekolah Pascasarjana ISI, Selasa (2017/10/24).

Sahita yang telah menjadi subjek utama penelitian ini adalah kelompok seni pertunjukan dari Surakarta, Jawa Tengah. Sahita dibentuk pada tahun 2001 dan terdiri dari empat wanita di tahun 2017 yang berusia antara 45-56 tahun.

Yustina menjelaskan, isu utama dalam penelitian ini adalah Mengapa Sahita mencoba membebaskan diri dari stereotip tubuh wanita dengan gaya sinisme pada pentas seni pertunjukan.

Selanjutnya, Yustina mengatakan bahwa penelitian ada di bidang seni pertunjukan di Indonesia, dan menguji konsep ejekan (Paul Simpson), konsep estetika sebagai rezim politik dan artistik (Jacques Rancière).

"Proses penelitian menggunakan riwayat hidup (Sam Pack), yang mengacu pada narasi pengalaman hidup seseorang seperti yang diceritakan oleh orang peneliti," katanya.

Sementara itu, gambaran singkat dari hasil penelitian ini adalah Pertama, di tempat kerja, Sahita Menggabungkan elemen visual (tampil sebagai wanita dewasa, semarak dan lucu), suara (bernyanyi / bernyanyi, dialog, menarik), gerak (body work and dance gerakan), suara (musik), dan "ruang kosong" atau "tempat bermain" yang terbuka di seluruh pertunjukan.

Kedua, karya terinspirasi Sahita adalah dari pengalaman pribadi dengan personil Sahita dan meningkatnya masalah masyarakat. Ketiga, Sahita memilih untuk bermain dengan gaya sinisme dan menggunakan tawa sebagai tameng, karena gaya sinisme Sahita bisa mengatakan apa yang sulit dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, di tengah ketakutan kuat untuk mengirimkan karya-karya, di mana Sahita berkibar di antara tiga rezim yang saling terkait dalam setiap karya mereka, terutama etika rezim, rezim perwakilan dan rezim estetika. Kelima, sebagai tanggapan atas dominasi televisi, Sahita memilih untuk menerima, berkompromi, dan menikmati ritme yang ditawarkan media televisi.

"Estetika yang secara politik terasa kuat saat ini, Sahita tampil di panggung pertunjukan live, dan meski tidak jelas, masih terasa secara visual dalam penampilan Sahita di layar televisi." Berfokus pada masalah menyuarakan wanita adalah kategori politik yang selalu hadir dalam penampilan mereka, oleh karena itu, estetika politik akan bergabung dengan karya Sahita, "katanya.

Devi Yustina Ardhiani adalah Dosen Magister Agama dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sebelumnya, ia menempuh jalur magister dan kampus yang sama yang ia ajarkan. Sambil belajar menempuh pendidikan Sarjana Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas March Surakarta.

Istri Herman Trinugraha dan Josaphat belajar di SMAN 4 Yogyakarta, Sleman Minggir SMPN 1 dan SD Canisius Minggir Sleman.

Banyak penelitian telah dilakukan seperti Pameran Perempuan Generasi Muda di Gelar Seni Pertunjukan (2011-2012), Pengembangan Model Instruksional Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (2010-2011), Kenangan Komunitas Yogyakarta tentang Kegiatan Menembak Misterius 1982-1983 (2006 -2007), Veteran Dalam Pencak sebagai Kerangka Kerja Paksa seni kampus kekerasan "Persatuan Jantung" (2005), dan Teater Jaringan Sosial Solidaritas dan Pekerja di Surakarta (2000).
Location: Indonesia

1 comment: