Friday, August 25, 2017

Bandar Togel Online - 72 Tahun Kemerdekaan dan Hilangnya Nurani Kebangsaan

Suasana upacara bendera puluhan santri di laut Kamis (17/8/2017)
www.menaraimpian.com


Bandar Togel Online - Perjalanan bangsa ini sudah cukup panjang, bahkan jauh sebelum tahun 1945. Flag off ekspedisi kebangsaan kita, bisa jadi, sudah diawali oleh Mahapatih Gadjah Mada yang dengan Sumpah Palapa bercita-cita menyatukan Nusantara.

Gadjah Mada memang tidak menggunakan nama Indonesia. Tapi, jiwa kebangsaan sudah diusungnya dengan kata Nusantara.
Lalu, gelombang kedua ekspedisi berlanjut pada 1908, yaitu saat para pelajar Stovia dengan lantang menyerukan bahwa perjuangan fisik harus disertai dengan perjuangan pemikiran.Bandar Togel Online

Pada momentum itu Budi Oetomo lahir dengan tag line kebangkitan nasional yang berlandaskan budi yang utama, yakni nilai-nilai, perilaku dan budi pekerti.
Dus, Semua ekspedisi tersebut kemudian dirangkum oleh Soekarno dan Hatta dalam naskah proklamasi. Proklamasi menjadi jangkar bagi semua ekspedisi ratusan tahun sebelumnya  dan menjadi titik tolak perjalanan bangsa ke depannya, di tanah harapan bernama NKRI.  

Mengapa Proklamasi?

Hanya 29 kata yang ada dalam teks proklamasi. Namun, 29 kata tersebut sangat powerfull menyiratkan sebuah determinasi, keberanian, kecermatan, dan ketaktisan. Bandar Togel Online
 
Keberanian menyatakan kedaulatan bukanlah hal mudah. Namun, itulah yang dilakukan oleh para bapak bangsa yang lugas tanpa bertele-tele.

Itulah kiranya resultante dan titik kulminasi perjuangan dan pengorbanan selama ratusan tahun. Bisa dikatakan, 29 kata tersebut telah membangkitkan kesadaran bahwa inilah saatnya kita menentukan nasib dan langkah kita sendiri secara bersama-sama. Inilah kesadaran berbangsa

Lalu, mengapa Soekarno dan Hatta memilih kata 'proklamasi'?
Amerika Serikat menggunakan kata Declaration of Independence. Pun, Malaysia memakai istilah deklarasi pada saat handover dari Inggris.
Dalam bahasa latin, kata proclamare mengandung makna 'teriakan keras". Di dalamnya terdapat unsur gairah, agresifitas, dan semangat, tidak seperti deklarasi yang lebih bermakna sebuah pernyataan.Bandar Togel Online

Proklamasi yang dilakukan duet "founding fathers" itu adalah jawaban dari hasrat dan jeritan ratusan tahun dari Aceh sampai Banda Neira. Proklamasi menyatukan hasrat merdeka dari Cut Nya Dien, hasrat kebebasan Kartini, dan hasrat mendobrak para pemuda di Kramat Raya 106 pada 28 Oktober 1928. Proklamasi adalah bersatu padunya jiwa dan raga bangsa ini.

Nurani kebangsaan
Namun, setelah 72 tahun, mari kita tafakur sejenak. Berapa banyak rakyat yang masih dizolimi oleh keadilan? Berapa banyak anak muda yang mati bukan di medan pertempuran dengan di merah putih di dada, namun mati sia-sia dengan suntikan di tangan?Bandar Togel Online

Tidakkah hati kita hancur mengetahui bahwa tingkat penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia sudah sangat memilukan? Bahkan, Indonesia ditasbihkan sebagai negara teratas dalam urusan transaksi narkotika di kawasan ASEAN (sumber: Badan Narkotika Nasional, 2015).

Maka, mari kita berdiam diri dan bertafakur. Betapa rindunya kita kepada kepada Bung Hatta, yang terpaksa hanya makan roti keras bercampur keju di penjara di negeri penjajah, namun dengan gigih dia tetap menulis pledoi vrij Indonesie dan mengirim pesan kebangsaan ke Tanah air. Di sisi lain, mirisnya, kini kita melihat para badut politik sibuk mencari panggung di berbagai media.
Betapa rindunya kita kepada Panglima Besar Jenderal Soedirman. Sang panglima tentara nasional, yang dengan napas tersengal akibat panyakit parunya, harus ditandu ke luar masuk hutan untuk memimpin gerilya paling patriotik dalam sejarah negeri ini. Sementara kini, kini kita disuguhkan tontonan segala kepongahan para pemimpin dan wakil rakyat di berbagai media, yang dengan sadar membohongi sekaligus membodohi rakyatnya.Bandar Togel Online

Tidak rindukah kita dengan sosok Mar’ie Muhammad dan Baharudin Lopa, terutama ketika kita menyaksikan makin banyaknya pejabat negara yang memakai "rompi oranye" dengan tetap tersenyum keluar-masuk gedung KPK?
Tak rindukah kita, ketika saat ini kejujuran justru dianggap suatu kenaifan, dan sebaliknya kebohongan serta kecurangan adalah suatu keniscayaan?
Betapa rindunya kita kepada Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatra yang dengan rupa dan kulit berbeda melantangkan Sumpah Pemuda yang menggelegar itu, ketika kini kita lebih sering mendengar hujatan dan cercaan penuh kebencian kepada sesama pemuda.

Betapa rindunya kita kepada Sutan Syahrir, sang demokrat sejati, yang rela tersingkirkan, sementara kini dengan miris kita melihat negara demokrasi terbesar ketiga di dunia ini menggadaikan demokrasi di lobi-lobi politik dan forum-forum kepentingan.Bandar Togel Online

Mari kita bertafakur! Mengapa kini kita lebih senang untuk saling tuding dan hujat, saling curiga, saling menghakimi, dan saling hantam? Ke mana perginya nilai-nilai musyawarah dan mufakat, di mana nilai-nilai tepa salira, apa kabar prinsip rawe rawe rantas malang-malang putung, dan ke mana larinya semangat Ampera yang dulu menggetarkan itu, ke mana perginya ikrar kebhinekaan, ke mana semangat juang ala arek-arek Suroboyo, ke mana teriakan merdeka ataoe mati?

Mari kita diam dan bertafakur. Mengapa kini kita menjadi bangsa yang pucat, kering kerontang, kurang gizi, seperti tidak berjiwa? Kaya raga, namun miskin jiwa. Kita bukan hanya kehilangan jiwa kebangsaan, tapi juga sudah kehilangan nurani kebangsaan! Inilah kita sekarang...Bandar Togel Online
Location: Indonesia

0 comments:

Post a Comment